To make sure there’s enough room in the freezer

Ungkapan itu ada dalam salah satu episode sitcom FRIENDS ketika Joey sedang membaca buku The Shining. It turns out, when he gets to part that’s scary, he’ll put the book inside of the refrigerator. This also happened when he read Little Women after making a bet with Rachel.

Kurasa aku jadi tahu betul apa yang dimaksud Joey ketika membaca buku The Vegetarian oleh Han Kang. Setelah ia memenangkan nobel di akhir tahun 2024 lalu,  buku ini banyak direkomendasikan termasuk oleh salah seorang teman.

My Usual Pick

Umumnya aku memilih buku-buku fiksi misteri dengan tokoh detektif atau buku-buku yang menghangatkan hati khas tulisan-tulisan Jepang. Alasan pertama karena membaca aku maksudkan untuk hiburan dan membawa diri lepas dari keseharian. Kedua yaa… karena tidak bikin nambah-nambahi pikiran. Baca buku classic berbahasa inggris memang sulit dan bikin frustrasi tapi baca buku dengan topik-topik disturbing punya efek lain. Hal-hal seperti itu cenderung kurenungkan dan kubawa dalam waktu-waktu kosong dan lamunan malam hari sebelum tidur. Tidak ideal jika sedang lelah dengan kehidupan. (But also, who doesn’t?)

Tapi tahun ini aku memang berniat membaca buku yang lebih variatif yang in a way more serious compared to my usual choice.

The Vegetarian: part 1, first impression

Untuk membaca bagian pertamanya saja, aku banyak berhenti padahal aku sedang tidak melakukan hal lain — atau lebih tepatnya tidak ada hal lainnya yang harus aku lakukan. Aku membacanya di hari minggu, seusai ibadah pagi aku berjalan ke cafe kecil yang nyaman yang pernah aku kunjungi sebelumnya juga untuk membaca.

Khususnya setiap bagian mimpi yang cukup disturbing dan intensitasnya terus naik. Kalau dengan buku-buku lainnya yang membawa kehangatan atau menaikkan rasa penasaran yang cenderung bikin enggan untuk berhenti membaca dan kembali ke realita hidup, yang ini aku perlu kembali ke realita. Seperti menarik napas ketika sedang berenang.

I can’t really describe or pinpoint which part that’s disturbing me. I guess the overall vibes of the book radiates that aura, you know? Hahaha. In fact, I did take a long break before continuing to the second part of the book. — replying to text messages, editing photos on vsco, or just scrolling through reels. The irony, tho.. cause I want to read more to lower my screen time hahaha.

Male’s Fantasy: Part 2

Ditulis dari sudut pandang kakak ipar Young Hye – menuliskan bagaimana fantasi laki-laki bisa ditunjukin kepada siapa saja, termasuk adik iparnya sendiri.

Kita memang tidak bisa benar-benar mengetahui apa yang ada dalam benak seseorang. Percuma saja membuat berbagai asumsi atau berusaha mencari jawaban atas tindakan orang lain. Dalam banyak kasus, banyak orang yang bahkan tidak mengenal dirinya sendiri dan tidak punya alasan khusus kenapa mereka melakukan hal-hal tertentu, seperti kakak ipar Young Hye dengan imajinasinya.

Ini membuatku berpikir, dari banyaknya karya yang kulihat diberbagai museum dan pameran seni, apa saja intensi yang dibuat para seniman ketika mereka memproduksi karya mereka, ya? Yang jelas deskripsi 1-2 kalimat yang biasanya disematkan di galeri jelas tidak cukup untuk menjelaskan kompleksitas pikiran manusia. Apa pun, siapapun bisa jadi inspirasi dan latar belakang.

Wajah, darah, dan bau busuk. Mimpi-mimpi itu terus muncul dalam tidurnya. Mengusik istirahatnya juga ketenangannya.

Part 3: Finishing the Book

I took a long break (again) after the second chapter. This was longer karena aku memutuskan melanjutkan perjalananku ke lokasi membaca yang lain.  (Also read: cafe reviews in Sidoarjo). Tapi aku belum mau pulang. Sebagian diriku ingin aku cepat-cepat menyelesaikannya, tapi terlalu lama terhisap dalam kisah ini juga menguras energi juga. Hahaha.

I ended up finishing the book the next day, in the morning. The last chapter of the book was quite intense from the point of view of Young Hye’s sister. With all the what-if scenarios in her mind, I feel restless. 

Baca bagian ini juga bikin aku jadi ingat cerita bahwa ada orang yang dengan sengaja dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh anggota keluarga. Yaa bisa dengan berbagai alasan, tapi salah satunya uang. Sangat berbeda dengan yang di alami Young Hye sih.

The overall experience of not having Young Hye’s perspective is somewhat frustrating. But I suppose that’s the essence of the whole story, right?


Comments

Leave a comment