Mengemban Tugas Istimewa di Kebun Binatang Surabaya

 “Bagi saya sendiri, bekerja di Kebun Binatang Surabaya (KBS) adalah mengemban tugas istimewa,” jelas Moch. Ifran, yang kini telah genap 24 tahun berkarya di KBS, ketika  ditanya mengenai kesukaannya berkarya di KBS. Bagi Irfan, keberhasilan yang dapat dicapai tidak dapat diukur dari sisi materi.  

“Sebagai contoh, burung Jalak Bali sebagai salah satu satwa endemik yang dibawa ke KBS saat ini jumlahnya telah mencapai lebih dari 100 ekor,” papar Irfan dengan bangga. Terlihat bagaimana ia bahagia mengenang pencapaian itu dan benar, kini jumlah kandang burung yang juga disebut Curuk Bali ini telah mencapai 12. Itulah kesuksesan sesungguhnya ketika berkarya di KBS, mampu mengembangbiakkan satwa yang hampir punah dan kemudian dikembalikan ke alam. Selain Jalak Bali, Irfan juga menyebutkan dua satwa lain yang berhasil dalam porsess breeding di KBS, yaitu komodo dan bekantan.  

“Harus dipilih yang tepat, cekatan, kreatif juga dalam mengambil tindakan,” jelas Irfan mengenai betapa pentingnya peran keeper dalam keberhasilan breeding satwa. Ia menjelaskan bahwa tentu dalam keberhasilan yang dicapai bukan semata kerja satu orang saja, tapi semuanya dan salah satunya ialah keeper yang memiliki pengaruh yang besar. Irfan juga menambahkan peran pemerintah juga sama pentingnya, “pemerintah harus aktif, khususnya dalam perbaikan kerusakan habitat asli.” 

Kecintaannya akan satwa membawa Irfan memulai karirnya sebagai seorang pakar biologi di departemen Penelitian dan Pengembangan (litbang) di kebun binatang telah berdiri selama lebih dari satu abad ini. Pria kelahiran 1962 ini telah menjalani asam garam bekerja di KBS, ia juga sempat menjabat sebagai Kepala Seksi Aves dan Pisces, Kepala Seksi Customer Relationship Management, Kepala Bagian Pekerjaan Umum, Sekretaria, Recording (Pencatatan Flora dan Fauna), Kepala Departemen Konservasi dan Pelayanan Pengunjung sebelum akhrinya kembali di departemen litbang.  

Lain halnya dengan kisah keberhasilan, duka yang dialami Irfan semasa ia berkarya di KBS memiliki kisahnya sendiri. Ia memendam penyesalan yang mendalam ketika tidak mampu mempertahankan kondisi satwa. “Kita merasa gagal,” ujarnya dengan muram. Tugas berat yang selama ini ia emban, tidak berarti apa – apa dengan perasaan berat hati ketika kegagalan breeding.  

Heny Noertiningsih memiliki kisahnya tersendiri. Tahun 1999 ia memulai karir sebagai seorang nutrisionist di KBS berbekal latar belakang pendidikan Program Diploma Kesehatan Hewan yang ia tempuh di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Selama tiga tahun ia melakukan pengawasan dan pengaturan nutrisi pada pangan satwa.  

“Ya harus dibedakan, ada yang makan sehari sekali saja. Ada yang sehari dua kali. Kalau seperti reptil begitu bisa lebih lama lagi,” jelas Heny ketika ditanya bagaimana proses kerjanya.  

Ditahun keempat nya berkarya di KBS, ia kemudian dipindahkan ke divisi Recording. Tentunya tantangan yang ia dapat berbeda lagi. Di departemen ini, Heny melakukan pencatatan jumlah satwa secara berkala. Ia memastikan bahwa angka kelahitan dan kematian sesuai jumlah yang ada, tidak jarang satwa juga akan diberi nama. Namun itu hanya pada satwa yang besar dan berjumlah sedikit karena lebih mudah dikenali.  

“Yaa, kalau kesulitannya kita harus update data terus menerus. Untungnya belum pernah ada yang ketinggalan selama saya berada di departemen tersebut. Hahaha,” jawab Heny sembari tertawa.  

Dalam prosesnya bekerja di KBS, ia semakin yakin akan pilihan karirnya berkarya di KBS. Untuk itu, ia melanjutkan studi S1-nya di Universitas Putra Bangsa dengan Program Peternakan untuk mendukung profesinya di KBS.   

“Saya menikmati di divisi saya saat ini, dapat melayani pengunjung. Lebih suka mengedukasi dan melakukan pengajaran terhadap pengunjung dan masyarakat Surabaya. Selain itu juga lebih banyak bertugas di lapangan. Kalau dukanya tidak ada sih,” jelas Henny ketika ditanya suka duka selama bekerja di KBS.  

Saat ini Henny dipercaya untuk berkarya di divisi Customer Service Edukasi dan Masyarakat. Perempuan yang memiliki satwa favorit Orang Utan ini juga menyebutkan bahwa perlu terus meng-update kemauan pengunjung supaya nyaman, baik yang berkelompok, maupun yang datang secara invididu bersama keluarga. Baginya itu adalah satu cara agar KBS dapat terus berbenah. Mungkin memang ada kendala yang ia alami selama bekerja, namun ia tidak menganggap hal itu sebagai duka.  

“Kalau belum ke KBS, berarti belum ke Surabaya,” harap Heny agar KBS menjadi ikon kebanggan Kota Surabaya. Ia berharap KBS dapat semakin maju ditengah persaingan tempat wisata yang modern di Surabaya.  Sejalan, Irfan juga berharap agar KBS dapat semakin sukses, karena baginya menjadi bagian dari KBS adalah pekerjaan luar biasa yang tidak bisa dihitung dari segi materi.  

Di kawasan seluas 15 hektar itulah menjadi saksi bisu kisah perjalanan suka duka orang-orang seperti Irfan dan Heny yang memberikan diri berkarya bagi tugas negara. Tak heran, ketika sebuah kecintaan akan satwa membawa mereka bertahan dan satu-satunya kebahagiaan adalah melihat Kebun Binatang Surabaya semakin berkembang.  


Comments

Leave a comment