Menjadi guru bukanlah satu profesi yang kubayangkan sejak kecil. Menjadi guru TK misalnya, melelahkan bagiku. Anak usia TK masih susah diatur, mereka bertingkah semau mereka sendiri. Banyak yang masih menangis karena tidak mau berpisah dengan orangtua mereka. Beberapa sudah bertengkar dan berebut dengan teman lainnya. Ugh. Too much for me. Meskipun kadang aku akui juga mereka lucu.
Lain lagi halnya dengan menjadi guru SD. Ketika aku duduk di bangku Sekolah Dasar, aku mendapatkan banyak kenangan dan pembelajaran dengan guru-guru yang menyenangkan! Oh, ak masih ingat momen melakukan Persami di halaman belakang sekolah. Aku juga masih ingat di bagian lorong sebelah mana kelas-kelasku ketika SD. Ada 1 guruku yang menjadi wali kelasku selama 3 tahun! Dia begitu sabar! Menjadi guru tidaklah mudah. Banyak teman-temanku yang nakal dan ramai, aku tidak suka keramaian di kelas. Belum lagi, guru SD pasti harus menerima banyak pertanyaan-pertanyaan tidak penting dari bocah-bocah yang penuh rasa ingin tau!
Berpindah ke SMP, aku mulai belajar lebih tentang bagaimana dapat tetap bersikap sopan dan hormat, tapi juga menjadi kawan dari guru-guruku. Waktu SMP begitu menyenangkan, aku masuk dalam lingkungan baru dan bisa kuingat bahwa di bangku SMP aku beberapa kali keluar kelas saat jam pelajaran. Berjalan ke kantin dan jajan. Kalau aku jadi guru, aku sudah marah betul jika ada muridku yang seperti aku!
Ketika SMA, banyak pengalaman yang begitu baru juga guru-guru baru. Ada yang begitu ramah, ada juga yang pendiam. Karakter masing-masing guru berbeda. Bukan karena mereka guru, tapi karena karakter setiap orang berbeda. Selama duduk di bangku SMA, aku belajar begitu banyak dari guru-guruku. Mereka menghabiskan banyak waktu juga tidak hanya mengajar di dalam kelas, namun juga di luar kelas. Dalam berbagai kegiatan kepanitiaan, maupun kegiatan live in! Belum lagi urusan administrasi dan juga keperluan lainnya.
Aku selalu berpikir, banyak sekali tanggung jawab seorang guru. Aku tidak habis pikir bagaimana bisa 1 orang guru memeriksa masing-masing jawaban murid yang masing-masing kelasnya ada sampai 40 siswa!?
Aku masih berkata, “Aku tidak mau menjadi guru.”
Ha! Rupanya ucapan adalah doa berkebalikan untukku. Saat ini aku tidak berprofesi penuh dengan label ‘guru’ memang. Tapi sudah 3 tahun terakhir aku menerima murid les privat untuk belajar Bahasa Indonesia. Selain itu, dalam 2 tahun terakhir aku mendapat kesempatan menjadi asisten dosen dalam berbagai kelas.
Aku mulai memikirkan bahwa menjadi seorang guru itu adalah sebuah kebanggaan. Ketika aku melihat murid-murid lesku lulus dalam ujiannya, aku bangga. Ketika aku melihat mahasiswaku lulus dan memahami kelas dengan baik, aku bangga. Aku bangga akan mereka – tapi juga bagaimana aku bisa menjadi contoh. Aku bisa meneruskan pandangan-pandangan baik.
Aku tau kadang aku masih mudah frustrasi dan mudah jengkel kalau ada mahasiswa yang masih tanya sesuatu yang sudah dijelaskan. Tapi aku memikirkannya kembali seperti saat aku SMP. Bagaimana guru dan murid dapat membangun hubungan yang hormat namun juga dekat layaknya kawan. Aku rasa itu lebih menyenangkan daripada hubungan 1 arah saja.
Intinya ialah: aku sudah mencicipi sedikit rasanya menjadi seorang guru. Dan aku tahu betul itu tidak mudah. Bagaimana pun juga, aku berterima kasih sebanyak-banyaknya untuk guru-guruku dan untuk semua guru di dunia ini!
Selamat Hari Guru!

Leave a comment